
Retargeting Ads adalah strategi ampuh untuk mengubah pengunjung jadi pembeli. Simak cara kerja, manfaat, strategi, dan tantangannya di sini.
Pernahkah kamu mencari produk di sebuah toko online, lalu meninggalkan website tanpa membeli? Tidak lama kemudian, produk yang sama muncul sebagai iklan di Instagram, YouTube, atau portal berita yang kamu buka. Itulah yang disebut dengan Retargeting Ads.
Strategi ini menjadi salah satu senjata paling ampuh dalam digital marketing karena menyasar orang-orang yang sudah pernah tertarik dengan produk, sehingga peluang konversinya jauh lebih tinggi.
1. Apa Itu Retargeting Ads?
Retargeting Ads adalah strategi iklan digital yang menargetkan ulang pengunjung website atau aplikasi yang belum melakukan pembelian.
👉 Sederhananya: mereka sudah kenal produkmu, tapi butuh “dorongan kecil” untuk akhirnya membeli.
- Platform populer: Google Display Network, Facebook Ads, Instagram Ads, TikTok Ads.
- Sasaran utama: orang yang pernah mengunjungi website, mengklik produk, atau meninggalkan keranjang belanja.
2. Bagaimana Cara Kerjanya?
- Tracking Pixel / Cookies → dipasang di website untuk melacak perilaku pengunjung.
- Data Tersimpan → sistem tahu siapa saja yang melihat produk tertentu.
- Iklan Ditayangkan → pengunjung tersebut melihat iklan yang relevan di platform lain.
- Konversi Terjadi → pengunjung diingatkan berulang kali hingga akhirnya membeli.
🎯 Intinya, retargeting bekerja dengan mengubah pengunjung pasif menjadi pembeli aktif.
3. Manfaat Retargeting Ads
- Meningkatkan Konversi → peluang pembelian lebih besar karena audiens sudah tertarik sebelumnya.
- Efisiensi Biaya → lebih hemat dibanding menjangkau audiens baru.
- Membangun Brand Recall → konsumen terus mengingat produkmu.
- Pesan Lebih Personal → bisa menampilkan produk yang sama dengan yang mereka lihat.
4. Jenis Retargeting Ads
a. Site Retargeting
Iklan ditujukan pada pengunjung website tertentu.
Misalnya: orang yang melihat halaman produk tas kulit.
b. Dynamic Retargeting
Iklan menampilkan produk spesifik yang pernah dilihat pengguna.
Contoh: melihat sepatu running, lalu iklan sepatu itu muncul di Instagram.
c. Email Retargeting
Mengirim email otomatis untuk mengingatkan keranjang belanja yang ditinggalkan (abandoned cart).
d. Search Retargeting
Menargetkan iklan berdasarkan kata kunci yang pernah dicari pengguna di mesin pencari.
5. Strategi Retargeting yang Efektif
- Segmentasi Audiens → bedakan antara pengunjung baru, keranjang belanja, dan repeat customers.
- Gunakan Dynamic Ads → tampilkan produk spesifik agar lebih relevan.
- Batasi Frekuensi Iklan → jangan terlalu sering agar tidak mengganggu.
- Berikan Insentif → diskon, free shipping, atau bonus produk bisa mempercepat konversi.
- Pantau & Optimasi → gunakan data CTR dan konversi untuk memperbaiki strategi.
6. Tantangan Retargeting Ads
- Isu Privasi → pengguna semakin peduli terhadap pelacakan data.
- Ad Fatigue → iklan terlalu sering bisa membuat audiens bosan.
- Aturan Data (GDPR/PDPA) → bisnis wajib memastikan retargeting sesuai hukum privasi.
Kesimpulan
Retargeting Ads adalah cara cerdas dan efektif untuk mengubah pengunjung menjadi pembeli. Dengan strategi segmentasi yang tepat, pesan yang relevan, serta frekuensi iklan yang terkontrol, bisnis online bisa memaksimalkan konversi dan loyalitas pelanggan.
Di era persaingan digital, retargeting bukan hanya strategi tambahan, melainkan kebutuhan utama untuk e-commerce yang ingin tumbuh pesat.
Baca juga :